Rabu, 26 Juni 2013

Dolan

Lazimnya, dolan itu dinikmati selagi masih muda. Puas-puasin deh dolan kemana-mana, hang out sama temen-temen. Gak seperti saya ini, ketagihan dolan malah sesudah berkeluarga.

Tapi setelah saya runut, ya memang sempatnya sekarang sih. Pas masih muda, sehat, belum punya tanggungan, tp ga punya duit untuk jalan-jalan ehhehehe. Begitu udah kerja, rasanya saya juga tidak menikmati gaji sendiri. Kamar kost yang tidak ada TV nya hanya kamar saya. Hihihi.. tp itu juga tidak masalah sih, karena saya tidak terlalu suka menonton televisi. Di kamar kost saya ditemani gitar dan buku-buku. Gaji saya tiap bulan jatahnya untuk membeli buku, kaset instrumen klasik, bayar kost, makan dan transpor sebulan. Beli baju juga jarang. Sisanya? ..sssstttt Ga punya tabungan blasssss. Edian ya. Kerja kok ga menabung.

Dua tahun berjalan. Saya memutuskan untuk menikah. Duitnya? Ya, baru mulai menabung setelah mau menikah itu. Hehehe. Saya terbiasa tidak meminta sedari dulu. Kuliah di dua tempat dibiayai oleh 2  beasiswa yang saya dapat dan mengajar dimana-mana. Memberi les privat hanya sekedar untuk mendapatkan uang jajan dan membeli bensin. Selalu swadaya.

Sehingga, sekarang rasanya saat yang pas untuk dolan. Meski sudah punya dua anak. Untung punya temen-temen yang bersedia menemani saya dolan-dolan dan suami juga tidak melarang.




Minggu, 23 Juni 2013

Kota Tua

IMG-20130623-WA001.jpg
Kota tua, bangunan tua memang memancarkan pesona tersendiri. Saya jatuh cinta berada di sekitarnya. Jakarta punya kota tua. Sebenarnya dan sejujurnya sangat indah. Namun sayang, tidak dikelola dengan baik. Begitu kaki menginjak di depan museum Fatahilah, sampah2 bertebaran dimana-mana. Budaya membuang sampah pada tempatnya nol besar. hikshiks.. Terlihat ada beberapa sukarelawan anak-anak muda yang membersihkan sampah-sampah itu. Saya salut sama mereka. Sementara gerombolan sini membersihkan sampah, di ujung sana masyarakat masih tetap saja membuang sampah sembarangan. 


IMG-20130623-WA000.jpg
Kalau diperhatikan, tempat sampah memang tidak terlihat banyak tersebar di area ini. Saya agak kesulitan saat mau membuang sampah, akhirnya saya masukin ke tas saya untuk sementara. 

Oya, di kota tua ini ada Jembatan Inten. Kerennn sekali. Tapi ya itu, sayangnya sampahnya bertebaran dimana-mana hikshikshikshiks. Plus bau. Trus ada bangunan merah mmm.... Eksotik.

Saya ditemani, anak-anak,suami, Yuyit dan Mike. Anak-anak tentu saja tidak nyaman dengan wisata kota tua ini.  Begitupun suami saya. Katanya, apa yang dilihat sih? Kalau bangunan tua, di Bantul (Yogyakarta) sana juga banyak tuh. :D

Kecintaan dan minat memang tidak bisa diganggu gugat. Minggu itu kami (minus anak-anak dan suami :D) hanya menikmati dua tempat. Jembatan Inten dan Gedung Merah. Saya menyerah karena anak-anak tidak nyaman. Tapi..... next time saya akan explore lebih dalam si kota tua Jakarta ini. Tentu dengan guide andalan saya, si Yuyit. 

Mudah-mudahan Pak Jokowi bisa membuat Kota Tua ini menjadi obyek wisata andalan negeri ini. Famosa yang cuma sak emprit aja bisa menarik ribuan wisatawan. Indonesia lebih kaya. Kita bisa. 


Minggu, 16 Juni 2013

Si Sulung

Seorang anak adalah pribadi yang harus dihargai dan dimengerti. Terkadang, sebagai orangtua, saya merasa mengambil keputusan atau memilihkan sesuatu hal yang benar untuknya. Ternyata saya salah.

Kejadiannya, sore itu, anak lelaki saya menerima telp dari seorang guru musik di sekolah tempat budenya mengajar. Saya hanya mendengar anak saya berbicara "apa om,... ooo oke-oke.. bisa.. Iya, lagunya apa?.. oo Munajat Cinta... oke deh"

Saya yang mendengar langsung menyimpulkan bahwa anak saya diminta untuk main drum di acara itu. Sayapun langsung nyamber pembicaraannya. " kaka, kaka kan biasanya pakai minus one dan main sendiri. Ini main live lho kak. Harus ada latihannya dulu, karena main bareng". Jawaban anak saya waktu itu... "ah,. Ibu ga pede amat sih".

Ups.. saya telah meremehkannya. Akhirnya saya cuma bilang "ya sudah, kalau kaka pede. besok Ibu anterin". :D:D

Setelah pinggang saya keseleo di hari Jumat dan belum membaik juga di hari Sabtu, maka sayapun berbekal sebuah bantal untuk sandaran duduk serta menggunakan korset yang kenceng untuk menahan rasa sakit, demi menemani si sulung untuk tampil. Sampailah kami di sekolah itu. Kamipun ngobrol sebentar dengan guru musiknya, anak saya berkenalan dengan pemain lain. Ga sampai 5 menit briefingnya.
Cakung-20130615-00678.jpg
Si Sulung yang pegang drum

Jadi juga tuh. Setelah penampilan pertama, anak saya didaulat untuk main lagi. Lagu favoritnya adalah "Terbang-by Kotak". Tepuk tangan pun  seru di akhir penampilannya. Setelah turun panggung, ada mama-mama yang minta anak saya untuk foto bareng dengan anaknya. hahahhaha serasa jadi artis neh. Ooo.. taukah bagaimana rasanya seorang ibu yang bangga akan anaknya? ya.. seperti saya ini kira-kira.

Dibalik sosok si Sulung yang suka ngueyelll, tapi dia punya kepedean yang saya yakin adalah sebuah bekal untuknya melangkah sendiri di kehidupan ini.




Senin, 10 Juni 2013

Kereta oh kereta

Lama tak menggunakan kereta api untuk perjalanan pergi pulang ke kantor. Kemaren saya naik kereta. Berangkatnya, walau tidak dapat tempat duduk, namun masih berdiri nyaman karena kereta berjalan cepat. Tiba di kantor pk. 07.10 wib. :)

IMG-20130611-00656.jpgPulangnya nih. Kopaja 608 tujuan Stasiun Karet lama sekali datangnya. Dalam hati saya sudah yakin bahwa kopaja ini pasti akan berjubel. Dan bener deh, berhubung segera pengen pulang, maka saya paksakan naik. Berdiri deh di pintu, hehehe.. keren kan.. Karena sudah agak telat si kopaja ini, saya pun ketinggalan kereta feeder jurusan Manggarai. Dapetnya kereta tujuan Bogor yang penuhhh. Tetep naik juga saya.

Sampai di manggarai, kereta feeder jurusan Bekasi belum datang. Kereta yg dari Stasiun Kota juga masih di Kota. Sambil menunggu kereta, saya dengan beberapa teman duduk2 , ngobrol. Sampai kapan begini terus ya mbak, katanya. Capek saya. Saya mengiyakan, karena memang sudah berasa capek di setengah perjalanan itu. Temen saya yang satunya lagi, asyik makan bekelnya. Katanya tiap hari pasti bekel kue, karena laper hehehehe. 

Saya jadi mengkhayal, jika kita mau terus bekerja sampai usia pensiun, berarti  masih akan terus begini sampai 21 th mendatang. Itu karena tidak ada pilihan lain untuk transportasinya.  

Akhirnya kereta feeder saya datang. Saya sudah pasrah dengan situasinya. Penumpang saling dorong mendorong agar mendapat kursi. Wajar sih, karena semuanya capek, jadi pengen duduk nyaman. Tapi saya tidak ikut berebut, berhubung saya termasuk mungil dan keretanya tinggi, saya mundur aja daripada terdorong. Kereta padatttttt sekali, saya berdiri, menyilangkan kedua tangan saya ke dada. Diam dan merem (to bukan tidur ya). Pasti ga akan jatuh, karena samping kiri kanan depan belakang penuh orang dan saling berdempetan. hehehehehe

Dengan kondisi kereta yang berjubel sangat, kokya jalannya lelet seperti siput. Masih brenti-brenti ditahan karena gangguan signal. Saya mengeluh dalam hati. Asli, saya mengumpat. Lama-lama, saya merasa sesek napas. Mungkin karena kurang oksigen, walau kereta itu ber-AC. Rasanya seperti mau pingsan. :D. 






Senin, 03 Juni 2013

Mau lagi


Melaka.
Saya masih bermimpi untuk mengunjungi Melaka kembali. Menyusuri sungai, atau sekedar duduk-duduk ngobrol di samping sungai yang bersih itu. Kota tua yang tenang itu menurut temen saya, enak untuk melarikan diri sehabis putus cinta xixixiixi. Komentar saya, nanti setelah balik lagi ke Indonesia, nyambung lagi deh cintanya.

Entah kenapa, hati dan pikiran saya masih tertambat di Melaka sampai hari ini. Saya iseng bertanya ke beberapa teman, rata-rata teman yang se-energi dengan saya mengunjungi Melaka lebih dari 1 kali. Mau lagi lagi dan lagi.

Kapan ya?