Rabu, 23 Oktober 2013

Semalam

Malam ini saya tidak bisa tidur dengan nyenyak.Terbangun, ngelamun dan tidak dalam keadaan "aware". Saya membiarkan pikiran ini berkelana.Setiap keputusan pasti ada"buah"nya.. yang penting siap menyantap "buah" tersebut baik yang kecut, segar, sepet maupun manis dgn mantap. Sms ini menutup hari saya.

Selasa, 22 Oktober 2013

Terhenyak

Bosennnnn..... hampir 4 th ini. Dari pagi sampai malam cuma ngobrol sama bb, bosen rasanya, ga ada teman diajak ngobrol. Di dalam rumah terus seharian, cuma liat dapur, sumur, kasur. Malam ketemu suami aja sibuk sendiri dgn games-nya. Kayaknya lama-lama gw bisa sinting.

Saya terhenyak dengan pesan di bbm dari sahabat. Pesan itu dikirim kepada saya dan suaminya. Saya merasakan betul bagaimana itu rasanya sebuah kebosanan, kejenuhan tingkat dewa. Dia tidak ada pilihan, selain menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Saya seakan terbang ke sana,di sampingnya, turut merasakannya.

Pertanyaan saya, lalu suamimu komentar apa dgn pesan itu?. Jawabnya, pulang kerja dia langsung memeluk aku.

Cesss, saya meneteskan mata terharu. Saya sedang tidak lebai. Tapi demikian kejadiannya. Sebuah pelukan berarti dalam, dimana sang suami turut merasakan apa yg dirasakan istri. Ada perasaan " mengayomi" istrinya. Memang benar, bahwa hidup adalah pilihan. Menjadi ibu rumah tangga juga adalah sebuah pilihan. Turut merasakan peran pasangan, itu yang bisa menguatkan sebuah pilihan.Apapun itu.


Ateis

Manusia mengenali Tuhan melalui timbunan informasi yg dikumpulkan sejak kecil..Sama seperti proses otak mengenali jenis-jenis benda. Biasa aja, tidak ada yg Istimewa..

Segala deskripsi tentang Tuhan itu terlalu didramatisir dan dibesar-besarkan..Karena manusia membutuhkan tempat bersandar, sebuah jaminan kepastian...

Padahal, Faktanya, seluruh alam semesta sudah berjalan sebagaimana adanya sejak milyaran tahun yang lalu, sebelum spesies manusia ini ada dan konsep Tuhan dibangun..

Pada dasarnya semua bayi itu Ateis..Karena pikirannya belum berkembang dan belum mampu mengkreasi sebuah mimpi dan mitos tentang Tuhan..

*diambil dari dari wall Ahmad Rofiq]

https://www.facebook.com/ahmad.rofiq.395/posts/10200714092165969

emm.... do you agree?

Rabu, 16 Oktober 2013

Tidak melakukan apa-apa

Saya adalah orang yg jarang sekali membaca koran. Biasanya, kalo membuka koran itu hanya untuk melihat iklan atau membaca koran kalau ada feature yg menarik di pojok kanan bawah.

Pagi ini, saya iseng membuka dan membacanya, itupun hanya judul-judulnya. Tentang kejahatan, korupsi, kemiskinan.Masalah di kehidupan ini semakin kompleks. Transportasi yang amburadul membuat tingkat stress meninggi. Biaya konsumsi hidup yang harus dipenuhi. Tak heran, banyak orang yang mengambil jalan pintas. Kaum berduit pun mengambil jalan pintas untuk memuaskan napsunya. Napsu konsumtif maupun napsu lainnya. Apalagi kaum marginal. Makin susah, makin stress, makin bingung mencari keadilan, mencari makan kemana, dimana dan bagaimana. Semua golongan sosial mengeluh dengan keluhan masing-masing.

Saya, golongan ekonomi menengahpun mengeluhkan. Lelah luar biasa. Mengeluh sampai kapan dan kepada siapa? Saya juga tidak tau. Ternyata saya sama saja dengan mereka. Rasanya yang dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup yang bernyawa sekarang ini adalah olah kesadaran. Dan ini lebih ditujukan kepada saya pribadi. Beberapa hari ini saya seperti orang linglung, tdk bergairah untuk melakukan apapun. Saya butuh diam.

Gejolak dalam diri menambah rentetan konflik batin. Untuk menjalani apa adanya saja butuh perjuangan, butuh pembiasaan.yah... begitulah....

Selasa, 08 Oktober 2013

Tahu Diri

Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
berkali-kali kutlah berjanji, menyerah


Ini lagunya Maudy Ayunda. Em..pasti lagu ini inspirasi dari sebuah kejadian nyata. Seneng aja gitaran sambil nyanyiin lagu ini. Apalagi kalo gitarannya itu di pinggir sungai Melaka yang bersih dan gimanaaaaa gitu, hahahhahaha 

Belajar dari awan

Mari kita belajar menatap awan. Hampir setiap pagi pada hari-hari ini, kita bisa melihat langit biru dengan awan gemawan. Kawanan-kawnan kecil awan putih bergerak lembut bersama angin dan memancarkan kilau mentari pagi. Kita senang sekali setiap pagi ditemani oleh tari-tarian awan putih di cakrawala. "Oh, betapa indah pagi ini!". Lama-kelamaan, makin banyak kawanan awan bergabung, dan langit biru yang cerah berubah menjadi gelap. Kita menjadi sedih. "Oh, sahabatku, awan putihku, mengapa engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan aku sendiri?.

Hujan turun ke bumi membuat kita menangis. Suara tangisan kita menghentak-hentak seperti suara air hujan menjejak bumi. "Oh, dimanakah engkau sahabatku, awan putihku?. Mengapa engkau pergi meninggalkan aku sendiri?".

Ketika hujan mencapai bumi, air mengalir bersama sungai menuju ke lautan. Pada malam yang sunyi, suara tangisan kita terdengar nyaring, menghentak-hentak seperti suara gelombang sungai memukul-mukul dinding-dinding bebatuan di tepiannya. "Oh, di manakah engkau sahabatku, awan putihku? Mengapa engkau pergi meninggalkan aku sendiri?."

Ketika air sungai sampai di lautan, jadilah samudra raya. Kesedihan dan tangisan kita belum mereda. Namun, sinar mentari menghangatkan samudra raya dan semudra raya memberikan uap air sebagai jawaban terima kasih. uap air ini dibawa angin ke atas dan jadilah awan. Setelah semalaman menangis, pagi itu kita kembali bergembira. Kita kembali melihat sahabat kita, kawanan awan putih di cakrawala.

Sebenarnya kita tidak harus menunggu sehari, setahun atau seribu tahun untuk kembali melihat awan putih. Saat ini pula, kita bisa menatap awan. Saat langit biru menjadi gelap, dimanakah awan putih? Saat hujan turun, air sungai mengalir dan berhenti di samudra raya, dimanakah awan putih? Bukankah ia tetap ada, hanya tersamar di balik langit yang gelap, hujan, air sungai dan samudra raya? Jadi, kapankah awan putih itu lahir dan mati? Ia tidak lahir dan tidak mati. Ia hidup di balik langit gelap, hujan, air sungai dan samudra raya. Dengan menatap dalam-dalam langit yang gelap, hujan, air sungai dan semudra raya, kita melihat awan putih berarak. Ia selalu menemani kita.

*dikutip dari buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial (J. Sudrijanta. S.J)

Selasa, 01 Oktober 2013

Kabar-kabari

Hampir putus asa setelah terlambat mengetahui bahwa pendaftaran untuk menjadi volunter di Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar ditutup untuk lokasi Bekasi, ternyata sekarang saya boleh bersenang hati karena semesta mendukung keinginan saya. 

Yayasan ini meminta kantor tempat saya bekerja untuk bekerja sama. Begitu mengetahui kabar ini, saya adalah orang nomor satu dari unit saya, yang mendaftarkan diri. Dan ternyata juga memang satu-satunya. Tidak aapa-apa sih, toh nanti saya juga akan bertemu teman-teman dari unit lain. 

Keikutsertaan saya kali inipun tidak semulus yang saya bayangkan, karena HR ternyata lupa mendaftarkan saya ke panitia, sehingga terjadi "miss" yang membuat saya tidak mengikuti briefingnya. Saya kontak ke panitia langsung, didukung oleh HR saya,  akhirnya kesempatan itu masih boleh saya ikuti. Briefing khusus menyusul.

Nah, materi pembelajarannya apa? Ini saya masih belum nemu, walau saya terbiasa mengajar. 
Padahal, acaranya akan diselenggarakan tanggal 5 Oktober yang bertepatan dengan hari bersejarah dalam hidup saya.