awannya seperti jatuh |
Perjalanan menuju Yogyakarta 17 Desember kemaren, menyadarkan
saya atas makna kehidupan di semesta ini.
Seperti biasa, saya suka melihat awan. Buagusss bgt,
lihat foto di samping deh. Awannya seperti mau jatuh. Beberapa menit sempat
menikmati keindahan awan itu, namun nggak sampai hitungan jam, awan sudah mulai
berubah bentuknya. Ah, seperti halnya kehidupan ini. Terus berjalan. Kalau tdk
bisa melihat "saat ini", tdk menikmati "saat ini", tidak
bersama "saat ini", kita hilangan "saat ini".
Pada kesempatan lain, dalam kesunyian malam, dalam
kesederhaan, diantara pepohonan jati yang menjulang, saya berada diantara
orang-orang yg sangat bersahaja. Ngobrol dengan seorang nenek. Kira2 umurnya
sudah 80-an tahun. Kalau saya bandingkan dengan orang kota,kondisi fisik nenek
ini jauh lbh hebat, sangat hebat. Msh
tegak berdiri, berjalan dengan cepat, raut mukanya segar. Jika ada pernyataan/pertanyaan terhadap sesuatu yang tdk seperti yang kita mau, simbah hanya menjawab.. "yo pancen wis dipapakne ngono karo urip, nduk" ( ya sudah demikian adanya, nak)
Ada sekitar 12 orang lainnya, sama seperti itu. Dari segi
fisik, khas orang desa. Hitam legam semua krn mungkin mereka bekerja di sawah,
sering terbakar oleh sinar matahari. Pakaian yg menempel di baju ya begitu2
saja. Namun senyum2 mereka sangat tulus. Cesss sampai hati. Seperti tdk ada
beban dalam hidup mereka. Begitu membumi, apa adanya.
Malam itu, saya sangat terharu. Saya berterimakasih karena dari mereka ini saya belajar ttg hidup dan akan terus belajar. Seperti dibukakan
mata dan pikiran saya. Blak.
Selesai sekitar pukul 01.30.Pertemuan itu akan menjadi
moment penting dalam hidup saya. It's unforgetable.
Memang banyak hal yang saya lakukan utk menyakinkan diri
saya sendiri atas keputusan yg akan saya buat. Tidak mudah awalnya, namun
sekarang rasanya kaki saya lbh ringan melangkah. Pikiran saya jauh lebih
anteng. Moment itu tdk bs saya gambarkan dgn kata-kata. It's
life. Just the way it is.