Rabu, 29 Januari 2014

Katanya


Katanya, " mungkin aku tidak akan pernah berhasil menjalin hubungan dengan siapapun. Mungkin aku yang terlalu sulit untuk dimengerti. Yang ada, aku selalu menyakiti pasanganku. Itu terus terjadi berulang-ulang. Mungkin, aku terlalu egois sehingga tidak bisa berbagi semua hal. Aku bukan wanita yang lemah lembut. Aku bukan wanita yang penuh pengertian. Aku tidak tau caranya bagaimana harus berbagi. Mungkin takdirku itu harus sendiri. Semoga siapapun yang pernah mencintai aku, bisa melupakanku dan menemukan kebahagiannya. Semoga perjalanan dan tentang kita kemaren adalah bagian yang pernah indah dalam hidupnya"

Kataku, "Wis, cemlondo wae, nduk... " 

Selasa, 28 Januari 2014

Senin, 27 Januari 2014

Ijinkan saya mengumpat

Di dlm kereta
Setiap pintu kereta padat spt ini
Rasa capek yang kemaren, belum juga sembuh dan pagi ini rasanya saya ingin mengumpat habis-habisan. Perjalanan menuju kantor sudah menghabiskan 70% energi saya. Saya berdiri di depan para ibu hamil (ada 4 orang), Sementara belakang saya lelaki semua yang badannya besar-besar dan mereka tidak menahan badannya, sehingga saya dengan kekuatan penuh menahan tubuh saya supaya tidak menimpa para ibu hamil. Setiap berhenti di stasiun dorongan semakin kuat, karena penumpang dari stasiun itu memaksa untuk naik, sehingga saya yang di ujung tergencet. Sumpek, marah, sedih, kesal, pengen nangis dan.... saya berontak. Semakin saya berontak, semakin saya kesal, semakin marah, semakin sedih dsbgnya.

Kopajanya juga penuh :D
Saya memejamkan mata. Lama-lama berada di posisi sadar. Lambat laun badan melemas, mengikuti arah kemana saya terdorong. Kesal di hati sedikit demi sedikit meluntur. Sampai kemudian saya turun di stasiun Manggarai. Sisa-sisa badan yang sakit masih terasa. Kemudian saya duduk sebentar, hanya memandang kereta yang seharusnya mengantarkan saya menuju stasiun berikutnya. Saya memilih untuk menunggu kereta di belakangnya lagi.
Jalanan macet sdh biasa

Akhirnya saya terangkut di kereta selanjutnya. Turun di stasiun Karet, menanti Kopaja. Jalanan macet sudah biasa. Berangkat dari rumah jam 5.50. tiba di kantor jam 08.15. Luar biasa. 



Minggu, 26 Januari 2014

TItipan Ilahi

Ada nasehat yang mengatakan bahwa anak adalah titipan ilahi. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, sepatutnya kita syukuri anugerah itu. Boleh mendengar mereka menangis, boleh mendengar mereka saling bertengkar, boleh mendengar mereka merengek adalah sebuah anugerah. Andaikan tangisan itu tak terdengar lagi, andaikan sudah tidak ada lagi kegaduhan di rumah, andai tak ada lagi rengekan mereka, apa jadinya hati ini?

Sepatutnya, sebagai orangtua yang sudah diberikan titipan ilahi itu, belajar bersabar atas rengekannya, atas tangisannya, atas kenakalannya. Saya percaya, anak yang dibesarkan dengan kesabaran, akan belajar mandiri. Anak yang dibesarkan dengan cinta kasih, akan belajar mengasihi sesama. Anak yang dibesarkan dengan kepercayaan akan belajar tanggung jawab. 

Menjadi anak yang baik, pintar, percaya diri adalah dambaan semua orangtua. Namun, untuk menjadikannya, terlebih dahulu sebagai orangtua harus belajar mengendalikan diri. Sekedar memberikan nasehat melalui kata-kata adalah nol besar.

Ada haru menyelimuti batin ini, saat mereka berusaha menjadi yang terbaik. Dengan segala kesusahannya, dengan segala pengorbanannya. Berkorban mengesampingkan sifat kekanakannya, berkorban membuang hasrat untuk bermain. Jika anak-anak harus belajar untuk itu, selayaknyalah orangtuapun belajar untuk menjadi yang terbaik bagi anak-anak.


Efek Meditasi Mengenal Diri

BAGUS BERMEDITASI BERSAMA AYAH DAN IBUNYA Bagus Pangarso, 11 tahun (kelas 6 SD), biasa bermeditasi bersama ayahnya, YOYOK HANGTUAH (nama Fesbuk), dan ibunya, DEWI PRASETYO. Ayah dan ibu Bagus adalah praktisi MMD, dan bersama putra tunggalnya mereka sering bermeditasi bersama. Di rumah Bagus bermeditasi rata2 10-15 menit setiap hari. Dalam retret akhir pekan MMD kemarin di Vihara Buddha Gaya, Watugong, Semarang, Bagus bermeditasi sampai 30 menit dengan badan hampir tidak bergerak. Dalam sesi tanya-jawab, Bagus bertanya: "Romo, mengapa kalau saya bermeditasi, tiba2 badan terasa melayang ... lalu telinga saya terasa geli seperti dikilik2 dengan bulu?" *** Pada suatu hari Bagus, Muslim, bertanya kepada guru agamanya di sekolah: "Bu, dalam Islam apakah ada meditasi?" Jawab Bu Guru: "Dalam Islam tidak ada meditasi, Gus." Bagus: "Jadi, yang dilakukan Nabi Muhammad di Gua Hira itu apa, Bu?" Bu Guru: ??? *** Pada suatu ketika, Bu Guru Agama Bagus bercerita: "Allah memerintahkan malaikat untuk menurunkan hujan, sehingga sawah2 menjadi subur." Bagus: "Bukan, Bu. Hujan itu disebabkan oleh karena air laut menguap, lalu di udara mengembun menjadi hujan." Teman2 Bagus (di luar): "Dasar kamu kafir, Gus."

* diambil dari https://www.facebook.com/hudoyo?fref=ts


Gila, anak umur 11 th sudah berolah kesadaran. Luar biasa. Tapi kejadiannya memang selalu menjadi seperti ini bila sudah berolah kesadaran. Banyak dari kita lalu dicap sebagai seorang kafir. Ya sudahlah, toh sebenarnya orang beragama itu  bukan sekedar orang yang mengaku beragama satu dan mencantumkannya dalam ktp, tapi seharusnya orang yang beragama adalah orang yang tidak mencelakai sesama . Agama adalah kebaikan itu sendiri. 

Selasa, 21 Januari 2014

Menghancurkan adalah menciptakan

MENGHANCURKAN ADALAH MENCIPTAKAN

Untuk bebas Anda harus memeriksa otoritas, seluruh kerangka otoritas, mencabik-cabik seluruh hal yang kotor itu. Dan itu membutuhkan energi, energi fisik sesungguhnya, dan itu juga menuntut energi psikologis. 

Tetapi energi itu musnah, terbuang percuma, bila kita berada dalam konflik. ... Jadi, bila terdapat pemahaman akan seluruh proses konflik, maka terjadilah pengakhiran dari konflik, dan terdapat energi berlimpah. Lalu Anda dapat melanjutkan terus, meruntuhkan rumah yang telah Anda bangun selama berabad-abad dan tidak punya makna sama sekali.

Anda tahu, menghancurkan adalah menciptakan. Kita harus menghancurkan, bukan bangunan fisik, bukan sistem sosial atau ekonomi --ini terjadi setiap hari-- melainkan pertahanan-pertahanan psikologis, baik yang disadari atau tak disadari, rasa aman yang telah kita bangun secara rasional, individual, mendalam, atau dangkal.

Kita harus meruntuhkan semua itu agar kita sepenuhnya tanpa pertahanan, karena Anda harus tanpa pertahanan untuk dapat mencinta dan merasakan kasih sayang.

Maka Anda akan melihat dan memahami ambisi, otoritas; dan Anda mulai melihat kapan otoritas perlu dan pada tingkat mana -- otoritas polisi dan tidak lebih.

Maka tiada otoritas pembelajaran, tiada otoritas pengetahuan, tiada otoritas kemampuan, tiada otoritas yang diambil oleh fungsi dan yang menjadi kedudukan. Memahami seluruh otoritas --dari guru-guru, Master-Master, dan lain-lain-- membutuhkan batin yang amat tajam, otak yang jernih, bukan otak yang keruh, bukan otak yang tumpul.

J Krishnamurti
Buku Kehidupan: Otoritas
15 Januari

**********

AUM SINGA BUDDHA GAUTAMA

Aneka jati samsaram
sandhavissam anibbisam
Gaha karakam gavesanto
dukkha jati punappunam.

Gaha karaka dittho' si
puna geham na kahasi
Sabba te phasuka bhagga
gaha kutam visankhitam
Visankhara gatam cittam
tanhanam khayam ajjhaga.

***

Melalui kelahiran demi kelahiran
aku mengembara di dalam Samsara ini,
Mencari tetapi tak menemukan
pendiri rumah ini.
Sungguh menyedihkan
lahir kembali berulang-ulang.

O, pendiri rumah! Engkau telah terlihat.
Engkau tak akan membuat rumah lagi.
Seluruh belandar dan kasaumu telah runtuh,
Batinku telah mencapai yang tak terkondisi,
Berakhir sudah segala keinginan.

Dhammapada 153-4


diambil dari https://www.facebook.com/hudoyo?fref=ts

Senin, 20 Januari 2014

Coretan kecil puteriku


Seperti biasa, sepulang dari bekerja saya disambut oleh dua buah hati saya yang sudah menunggu saya seharian. Rupanya anak-anak selalu ingin memberikan kejutan untuk ibunya ini. Si Kaka, sudah biasa membuat cerita pendek , meski belepotan tapi saya suka. Kali ini si Adek tidak mau ketinggalan, Seperti halnya malam ini, "Ibu, aku menulis cerita untuk ibu".. cerita ini ditulis dalam secarik kertas dan dibungkus kertas lagi, seperti sebuah kado.


Coretannya berbunyi begini : Pada suatu hari aku melihat kakak sedang bermain sepak bola dengan teman-temannya. Pada suatu hari aku melihatnya bersama dengan ibu dan papa. TAMAT

Coretan lucu itu berhasil membuat saya tertawa. Matanya berbinar senang melihat saya tertawa, ada rasa bangga di sana. Ah, anakku... ibu sayang kamu.

Ajari saya bagimana cara mencinta


PENANYA: Saya penuh kebencian. Mohon ajari saya bagaimana cara mencinta? 

KRISHNAMURTI: Tidak seorang pun dapat mengajari Anda bagaimana cara mencinta. Jika manusia dapat diajar bagaimana cara mencinta, masalah dunia akan menjadi sangat sederhana, bukan? Jika kita bisa belajar bagaimana cara mencinta dari sebuah buku seperti kita belajar matematika, dunia ini akan mengagumkan; tidak akan ada kebencian, tiada pengisapan, tiada perang, tiada kesenjangan antara kaya dan miskin, dan kita semua akan sungguh-sungguh bersahabat satu sama lain. 

Tetapi cinta tidaklah semudah itu didapat. Kita mudah membenci, dan kebencian menyatukan manusia dengan caranya: menciptakan segala macam khayalan, menghasilkan berbagai jenis kerjasama, seperti di dalam perang. 

Tetapi cinta jauh lebih sulit. Anda tidak mungkin belajar bagaimana cara mencinta; tetapi yang dapat Anda lakukan adalah mengamati kebencian, dan dengan lembut mengesampingkannya. Jangan bertempur melawan kebencian, jangan berkata betapa mengerikan membeci orang, melainkan lihatlah kebencian seperti apa adanya dan biarkan ia terlepas sendiri; tepiskan ke samping, itu tidak penting. Yang penting adalah tidak membiarkan kebencian berakar dalam batin Anda. Pahamkah Anda? Batin Anda laksana tanah yang subur, dan asalkan ada cukup waktu, masalah apa pun yang muncul akan berakar seperti rumput liar, lalu Anda harus bersusah payah menyianginya. Tetapi jika Anda tidak memberi masalah itu waktu untuk berakar, maka ia tidak punya tempat untuk tumbuh dan ia akan layu. Jika Anda mendorong kebencian, memberinya waktu untuk berakar, tumbuh, menjadi matang, ia akan menjadi masalah yang besar. Tetapi jika setiap kali muncul kebencian Anda membiarkannya berlalu, maka Anda akan mendapati bahwa batin Anda menjadi sangat peka tanpa menjadi sentimental; dengan demikian ia akan mengenal cinta. 

Batin dapat mengejar sensasi, keinginan, tetapi ia tidak dapat mengejar cinta. Cinta harus datang kepada batin. Dan, bila sekali cinta ada, ia tidak mempunyai pembagian sebagai cinta nafsu dan cinta ilahi: ia adalah cinta. Itulah yang luar biasa tentang cinta: ia satu-satunya sifat yang menghasilkan pemahaman total terhdap seluruh eksistensi. 

~ J Krishnamurti, "Think on these things", pp 62-63

Sumber : komen pak Hudoyo Hupudio untuk salah satu pertanyaan di grup Titik Hening facebook

Minggu, 12 Januari 2014

Kangen tertawa

Saya lupa kapan terakhir saya tertawa lepas. Tertawa lepas selepas-lepasnya, sampai perut sakit. Sekarang kalaupun tertawa hanya sedetik saja dan itupun cepat berlalu. Sepenggal saja. Selebihnya, pikiran ini banyak digunakan untuk berpikir, berpikir dan berpikir. Mencari cara, mencari solusi, mencari penyebab, mencari cari.

Coba, ceritakanlah kepadaku hal-hal yang lucu supaya aku tertawa.

Kamis, 09 Januari 2014

Meditasi berjalan

Kali ini, rasa di mata yang berat sebelah kiri, kepala yang pening sebelah kiri, bahu yang nyeri sebelah kiri, jari-jari kaki yang kram, tidak saya tolak. Rasa gamang, sedih, turut menyertai. Semua saya terima. Rasa yang nano-nano itu menemani tubuh saya yang terpental-pental dalam gerbong kereta khusus wanita ini.

Perjalanan kereta kali ini sedikit lamban, berhenti cukup lama di stasiun Cakung dan Jatinegara. Beberapa umpatan, jerit yang tercekat mungkin karena kakinya terinjak, desah nafas yang menghempas keras karena menahan rasa capek dan juga gumaman orang-orang yang mengeluh mulai terdengar.

Tiba di stasiun Manggarai, kereta feeder menuju stasiun Tanah Abang sudah ada. Penumpang dari kereta kami berebutan ingin segera turun agar dapat duduk di kereta berikutnya. Saling dorong dan riuh rendah omelan para penumpang yang terdorong makin seru. Sayapun terdorong namun harus tetap waspada saat turun, karena tidak ada peron, sedikit melompat dengan hati-hati supaya kaki tidak kram lagi. Niatan saya hanya supaya bisa masuk dalam kereta selanjutnya, bukan untuk mendapatkan tempat duduk.

Selanjutnya berganti kereta di Stasiun Tanah Abang. Kali ini bisa duduk, walau perjalanan dari stasiun ini ke stasiun tujuan saya hanya 5 menit saja. Turun dari kereta, perhatian saya penuh kepada kaki yang menopang tubuh saya. Langkah demi langkah saya sadari penuh. Deru bising kendaraan bermotor yang cukup padat pagi ini, hanya sebagai backsound yang masuk di telinga saya, malah seperti alunan musik yang enak didengar.

Tiba di kantor,  sepenuhnya pasrah kepada semesta ini.

Rabu, 08 Januari 2014

Janjian kabur jam 12.oo wib

Mulai bulan ini, saya janjian dengan sahabat saya, Bernada Rurit, untuk "menyepi" atau meditasi di siang hari, kalau bisa sih setiap hari. Acara menyepi kami lakukan di depan patung maria, di bawah pohon yang rindang samping gereja Salvator-Petamburan, setiap jam 12.00 wib saat kami berdua istirahat. Meski tdk jauh dari jalan raya, tapi lokasi ini lumayan sepi untuk "ngadem", mengistirahatkan pikiran sejenak.

Nah kebetulan, tidak jauh dari lokasi meditasi itu ada penjual Soto mie yang rasanya cukup yahud nyamleng nikmat tiada tara. Lidah Rurit rupanya sama dengan saya, cocok dengan Soto mie ini... jadi makin kompak lah hahahhaa.







Sadar

Kabeh menungso rumangsane paling sengsoro, paling rekoso. Kabeh sambat ngono. Dalane menungso dhewe-dhewe, dadi jenis sengsarane yo bedo-bedo. Sakjane urip ki wis dicepakke apa anane. Sing marakne duwe roso sengsoro ki mergane, apa sing kedaden, ora sepadan karo apa sing dikarepake awake dhewe. Lali nek pancene urip ki yo sengsoro kuwi mau.

Pancen konflik neng ndonya, ora iso dihindari. Tapi iso diadepi kanthi ikhlas. Lha carane ikhlas ki piye? Yo sadar kuwi mau. Mulane latian sadar ki ora setengah-setengah kudune. Aku iso ngomong tapi yo kadang lali marang apa sing kudu tak lakoni.

Siji meneh, nek wis sadar menowo urip ki wis ana dalane, kudune ora wedi marang nasib sok mben. Lak yo kudune ming "dilakoni wae", "que sera-sera", "whatever will be, will be". Lha rak kabeh bongso ungkapane podo, berarti sing dirasakne yo podo mestine. Iki jenenge ijih menungso sing urip neng ndonya.

Rabu, 01 Januari 2014

2014

Tahun 2014 ini saya tidak membuat resolusi apapun. Biar berjalan apa adanya saja. Saya hanya sadar bahwa di dalam diri ini, ada semacam kebahagiaan dan semangat yang meletup-letup menapaki tahun 2014.

Happy New Year Everyone .... :)