Jumat, 30 Mei 2014

Sebuah pertanyaan

Seminggu kemaren kaka libur , adik masuk sekolah seperti biasa. Setiap hari kaka ikut mengantar adik ke sekolah. Sepulang dari antar adik sekolah, terjadi dialog antara ibu dan anak yang membuat si ibu, saya, pakai mikir ngomongnya.

Kaka: Ibu, surga itu sebenarnya letaknya dimana

Ibu: Ya, sebenarnya surga itu bukan letak kak. Kalau kaka merasa bahagia sekarang, merasa senang, ya dunia ini surga. Kalau kaka merasa sengsara, sedih, marah, ya dunia ini neraka kaka.

Kaka: Lha terus, Tuhan dimana, katanya Tuhan ada di surga

Ibu: Tuhan itu kan digambarkan sebagai sesuatu/seorang yang MAHA. Maha segala-galanya, yang bisa melakukan hal yang mustahil dilakukan manusia. Tuhan kalau digambarkan sesuatu yang besar, ya besar. Kalau digambarkan menjadi kecil, ya kecil. Bahkan Tuhan bisa bersemayam di hati setiap manusia di seluruh dunia ini, tak terkecuali di dalam orang gila sekalipun, di situ Tuhan bersemayam. Maka, sudah selayaknya kita mengasihi sesama manusia, menyayangi dan menghormati,tidak membedakan kaya miskin, agama, cantik kagak dan sebagainya, karena Tuhan ada dalam diri manusia2 itu.

Kaka : Lha, kenapa orang bisa jahat. Tuhan dimana

Ibu: Setan jg punya kekuatan yang besar. Dalam diri orang ada tuhan ada setan. Tuhan itu berbicara lewat hati nurani. Kaka pernah engga merasa, misalnya kaka berbohong, terus dalam hati kaka bilang, "jangan bohong, jujurlah"

Kaka: Iya, pernah

Ibu: Itulah suara tuhan. Suara hati nurani tidak pernah bohong. Nah, kalau suara hati tidak pernah didengarkan, lama-lama kita tidak peka terhadap hati nurani itu .Mungkin orang-orang jahat itu begitu, tdk pernah mau mendengar suara hatinya, maka jadilah suara setan yang lebih keras terdengar

Kaka: Kalau kesel, sebel itu suara setan?

Ibu: Mungkin

Kaka: Bagaimana mengatasi rasa sebel... bagaimana caranya supaya tidak sebel

Ibu: Ya diam, sadari, seperti yang kita lakukan meditasi itu. Sadari kalo kaka sebel " oh, aku sebel" lihat siapa yang sebel. Lama-lama nanti memudar sebelnya. Ibu tau kaka pandai memaafkan

Kaka: hhehehehee

Dalam hati saya bilang, anakku 11 th kok sudah berpikir hal-hal seperti ini. Dulu saya tidak pernah terpikirkan. Ah, semoga penjelasan saya cukup masuk akal, semoga pendampingan saya untuk dia bertumbuh tidak sia-sia.