Kamis, 01 Agustus 2013

Sebuah Gambaran

4.00 wib. Duduk diam. Teorinya adalah duduk diam dengan batin yang hening. Yang terjadi, batin saya penuh gejolak, semrawut. Saya sadar bahwa saya malas melatih kesadaran diri. Banyak bolongnya. Saya terlena dengan pikiran. Saya memanjakan dan membiarkan pikiran ini berkelana, mengembara. Memupuk pikiran dengan keinginan2 yang entah dapat terpenuhi entah tidak, toh kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kelak. Pikiran tentang 'seandainya....",.. "seharusnya,.....", "jika aku.........","suatu saat nanti......." Mengkhayalkan seolah-olah keinginan itu sudah terwujud, sudah saya miliki. Kemudian saya bahagia. Padahal bahagia itu sementara, sebab semuanya adalah buah pikiran saya sendiri. Saya dalangnya.

Entah sampai kapan pikiran-pikiran, keinginan-keinginan ini terus berkarya. Jika saya mati, masih adakah keinginan itu? Saya lalu membayangkan tentang kehidupan setelah kematian. Kehidupan itu ada, tapi bentuknya bukanlah suatu tempat yang dinamakan surga dan neraka. Di situ juga sudah tidak ada lagi yang namanya agama. Kehidupan itu tetap berada dalam semesta ini. Mereka hanya hidup dengan batinnya. Raganya sudah tidak berfungsi. Sehingga tidak nampak oleh mata manusia. Toh, semesta ini dihuni oleh sekian milliar anggota Bima Sakti. Dalam setiap gugusan bintangnya, pasti ada kehidupan yang tidak bisa kita lihat dengan mata.

Bayangan saya surga itu adalah batin yang sudah bebas. Bebas dari segala kemekelatan sehingga sudah tidak penasaran. Nah, neraka, yang diibarakan sebagai penderitaan itu adalah batin yang belum terbebas dari kemekelatan. Kemelekatan akan seseorang, akan harta, akan keinginan lain. Masih terus mencari, sehingga mungkin akhirnya ber-reinkarnasi untuk melanjutkan pencariannya.

Alarm berbunyi. Berarti sudah pukul 05.00 wib. Saatnya saya melanjutkan kehidupan ini, dengan sadar. Mudah-mudahan :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar