Kamis, 02 Agustus 2012

CINTA & WELAS ASIH


Kita tidak pernah melihat dunia sebagai keutuhan oleh karena kita begitu terpecah-belah, begitu amat terbatas, remeh. Kita tidak pernah memiliki rasa keutuhan, di mana benda-benda di laut, benda-benda di bumi, alam sekitar, langit, alam semesta, adalah bagian dari kita. Bukan dikhayalkan--Anda bisa melambung dalam suatu khayalan dan membayangkan bahwa Anda adalah alam semesta, lalu Anda menjadi sinting. Tetapi patahkan kepentingan kecil yang berpusat pada diri ini, jangan berhubungan dengan itu lagi, dan dari situ Anda bisa bergerak tanpa batas. 

Dan meditasi adalah itu, bukan duduk bersila, atau berdiri di atas kepala Anda, atau melakukan apa pun yang Anda suka, melainkan memiliki rasa keutuhan dan kesatuan sempurna dari kehidupan. Dan itu hanya bisa datang apabila terdapat cinta dan welas asih.

Salah satu kesulitan kita ialah bahwa kita telah mengaitkan cinta dengan kenikmatan, dengan seks, dan bagi kebanyakan dari kita cinta juga berarti kecemburuan, kecemasan, kepemilikan, kelekatan. Itulah yang kita namakan cinta. Apakah cinta kelekatan? Apakah cinta kenikmatan? Apakah cinta keinginan? Apakah cinta lawan dari kebencian? Jika ia lawan dari kebencian, maka ia bukan cinta. Semua lawan mengandung lawannya. Ketika saya mencoba untuk menjadi berani, keberanian itu lahir dari ketakutan. Cinta tidak mungkin punya lawan. Cinta tidak mungkin ada bila ada kecemburuan, ambisi, keagresifan.

Dan di mana ada sifat cinta, dari situ muncullah welas asih. Bila ada welas asih itu, ada kecerdasan--tetapi itu bukan kecerdasan dari kepentingan diri sendiri, atau kecerdasan pikiran, atau kecerdasan dari pengetahuan yang banyak. Welas asih tidak ada kaitannya dengan pengetahuan.

Hanya dengan welas asih ada kecerdasan yang memberi manusia rasa aman, kemantapan, kekuatan yang amat besar.

[Dari: “This Light In Oneself – True Meditation”, oleh J. Krishnamurti, 1999, Bab 9]
Diterjemahkan oleh Hudoyo Hupudio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar