Senin, 26 November 2012

Sebuah cerita berjudul "Memori hati"



Empat tahun lalu aku sudah memutuskan untuk menghentikan hubunganku dengan Pram. Aku tau ini salah. Ini juga lebih baik untuk Pram yang masih membujang, agar dia bisa menemukan pasangan hidupnya dan tidak terjebak denganku. Tahun itu suamiku ditugaskan keluar kota dan aku memutuskan untuk berhenti bekerja sehingga bisa mengikutinya ke Sidoarjo.Aku rasa itu adalah pilihan yang tepat sehingga lebih mudah untukku menjauh dari Pram dan melupakannya.

Beberapa minggu ini, Pram kembali hadir dalam hidupku. Dia sudah berkeluarga. Kemajuan teknologi mempertemukanku kembali. Awalnya cuma sekedar bertegur sapa, lama-lama aku larut dalam nostalgia percintaan yang telah lalu. Aku tergoda.

Karena aku tidak bekerja kantoran, maka waktu luangku banyak terutama saat anak-anak semua sekolah. Pram tau jam-jam senggangku kecuali pas jam makan siang, karena suamiku terkadang pulang untuk menengokku dan makan siang di rumah. Awalnya cuma bbm-an, lama-lama kami ngobrol melalui telepon. 

Dua hari yang lalu, sahabatku dari Jakarta meneleponku. Entah bagaimana akhirnya aku menceritakan 
pertemuanku dengan Pram. Nura sahabatku, tau persis tentang aku dan Pram dulu. Sebenarnya Nura  hanya berpesan "hati-hati, awas kalo suami lo sampai tau.. bisa gue kremes-kremes lo". Kalau ga ingin ketehuan ya, ga usah saja lah, begitu kira-kira nasehatnya. Lelaki buaya memang pintar cara memperlakukan wanita".

Asem, saya tidak terima Pram dikatakan laki-laki buaya. Nura berada pada pihak suamiku. Dengan berapi-api dia menceritakan tentang segala kebaikan suamiku..

"Apa yang kurang dari lo, Sis. Suami yang mapan, mencukupi seluruh kebutuhanmu. Tiga anak yang manis dan pintar. Lihat  lo ah, kalau udah darah tinggi seperti apa?. Kalau lagi begitu, apa yang suami lo lakukan? Pasti dia cuma mendekatimu dan memelukmu sambil berkata, "ma, sudah, kedengeran mpe depan lho".
Ingat waktu kamu melahirkan 3 orang anakmu itu?. Sampai kamu sembuh benar, dia memandikanmu. Sampai 3 anak lho. Kalau masih anak pertama, itu masih wajar. Kira-kira ada 75% bapak baru melakukan itu. Lha ini?? Sampai anak lo tiga".

Saya tersenyum mendengar Nura menyebut 75%, kapan dia melakukan survei untuk itu? hahaha, ah, Nura memang cerewet.

"Mana pernah suami lo mengeluh capek di kerjaan? Duit kurang? Dia kan ga pengen kelihatan lagi susah di depan lo.  Ingat ga, lo lagi  lihat tv trus ada acara kuliner tentang ikan. Lo langsung telp suami lo, dan sepulang kerja dia rela muter Sidoarjo demi mendapatkan ikan itu? Brapa % laki-laki yang seperti itu Sis?" 

Kalau lo lagi demen mi ayam, bisa setiap hari dia beliin mi ayam untuk lo, Sis. Makanan yang lo suka, sampai ga boleh disentuh oleh anak-anak lo. Gubrakkkkkk .......... segitunya, Sis.
Coba ingat, kalau lo kelihatan resah sedikit, pasti dia langsung kelimpungan. Ga pengen dia lihat lo susah, stress. Mama, maunya apa? Pengen apa? Idih, gue aje ngimpi-ngimpi punya laki kek gitu. Pokoknya suami lo itu ga ada kurangnya, em.... cuma kurang ganteng dikit sih.. hahahhaa.

Aku mendiamkan Nura ngoceh panjang lebar. Aku menangis mengingat segala kebaikan suamiku. Selama 15 tahun dia selalu menciumku sebelum berangkat kerja, akhir-akhir ini ditambah dengan pelukan kasih, dan bilang, love you, mama. Mungkin suamiku punya insting karena hatiku terbagi lagi. Air mata sudah menetes di pipiku. Papa, maafkan aku.

Ha? Apa kalimat terakhir Nura? ... aawasssssssssss kau Nurrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. !!!!!!!!!!!!!












.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar