Minggu, 15 September 2013

Perempuan

Era Menstruasi
Mau tidak mau, anak perempuan yang normal, pada umur belasan akan mengalami menstruasi. Tak hanya keluhan fisiologis yang bisa terjadi sejak 1-14 hari sebelum menstruasi berlangsung, tp juga keluhan psikologis yang bisa mencetuskan masalah mental dan emosi. Jika badan sehat, artinya jika siklus haid normal (22 s.d 35 hari), tidak ada gangguan hormonal atau adanya suatu penyakit spt miom, kista, dll, maka rasa sakit yang timbul tidak akan mengganggu aktifitasnya. Anak perempuan harus berlatih mengendalikan diri/emosi dalam fase ini. 

Era Menikah
Banyak candaan di masyarakat yang sering terdengar, jika ada pasangan abis menikah : wah, sekarang enak sudah ada yang "ngurusin". Biasanya itu ditujukan kepada kaum laki-laki. Apalagi kalo laki2 itu sblmnya adalah anak kost, yang harus mengurus semuanya sendiri. Hehehe.. Jadi artinya ucapan untuk pengantin perempuan adalah: selamat, kamu menjadi pengasuh suamimu seumur hidup. 

Pada fase ini, perempuan harus memikirkan tidak hanya dirinya sendiri, tp jg untuk suaminya mengenai masalah makanan, urusan cuci mencuci, urusan bersih-bersih dll. Jika wanita itu tidak bekerja, maka seluruh hidupnya rasanya hanya untuk suami dan rumah. Terberkatilah para wanita-wanita yang seperti ini.
Budaya seperti ini, adalah budaya jawa, budaya patriarki dan budaya ningrat, yang memposisikan laki-laki sebagai nomor satu dan tak terbantahkan. Tapi woi,, ini jaman sudah berubah. 

Era Kehamilan
Jika sudah menikah, tentunya pasangan menginginkan seorang anak. Pada fase ini, wanita akan mengandung. Mengandung, artinya ada peningkatan produksi hormon estrogen yang akan meningkatkan keasaman lambung, sehingga menyebabkan mual dan muntah. Katanya, ada faktor lain yaitu human chrorionic gonodotropin, dimana hormon ini dihasilkan oleh plasenta selama awal kehamilan. Normalnya akan berlangsung selama 3 bulan, tp ada juga yang selama kehamilan mual dan muntah. Ini tidak bisa ditolak oleh wanita manapun. Jadi, rasa nano-nano selama kehamilan, harus diterima, dinikmati. Kembali, perempuan harus bisa mengendalikan diri di era kehamilan ini. 

Era Sebagai Ibu
Setelah jabang bayi ini keluar, tidak ada yang bisa menyusuinya selain seorang ibu. Bayi menyusu, tidak bisa dijadwal. Mau pagi, siang, sore atau tengah malam. Demikian juga jadwal pipis. :D. Tenaga seorang ibu harus ekstra untuk begadang di malam hari dan bekerja di pagi hari. Jika anak-anak sudah memasuki usia sekolah, maka tugas ibu bertambah, yaitu sebagai guru private, teman bermain dan tentu saja tetap sebagai pengasuh. 

Jika seorang ibu itu bekerja, maka tenaga dan pikirannya harus dibagi. Antara pekerjaan kantor, pekerjaan ibu dan mjd dirinya sendiri (yang ini tidak semua wanita yg seorang ibu bisa).

Sejalan dengan bertumbuhnya anak-anak, masalah yang dihadapi makin bertambah pula. Seorang ibu harus menjaga kestabilan emosi anak, kestabilan ketenteraman keluarga. Intinya wanita harus menjaga kestabilisasian ini supaya tidak terjadi kontroversi hati ( halah, kok vicikisisasi). 

Era Menopause
Tugas sebagai wanita yang harus menstruasi setiap bulannya akan berakhir di sini. Namun, hal yang menyertainyapun ada. Gejala menopause seperti insomnia, capek yang sangat, juga semburan panas yang mendadak bisa dirasakan dari dada ke leher lalu ke wajah, pada malam hari gejala ini disertai keringat yang mengucur deras. Jantung berdetak kencang, dan mudah tersinggung. Kembali, fase ini kesadaran diri harus dijaga supaya tidak ada kudeta hati ( woiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii orang gila diikutin terus yak )

Era Menjadi Nenek
Pada era ini seorang nenek, biasanya menjadi ban serep jika tidak ada pembantu rumah tangga. Dasarnya kasih ibu sepanjang masa, maka nenek akan dengan senang hati menjagai cucunya. Tugasnya tidak hanya menjagai, tp juga menjadi teman bermain. 

Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.” 
 Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah


Terus kenapa tulisan ini dibuat? Mau tuker guling menjadi pria? Oh tidak, saya bangga menjadi perempuan. Saya memposisikan diri sebagai Nyai Onstosoroh saja. Tokoh ini menginspirasi saya utk tidak menjadi perempuan yang cengeng.. Cuma, tolong hargai saja perempuan. Terima kasih. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar