Kamis, 20 Februari 2014

Berbagi

Satu per satu akhirnya memahami keputusan ini. Beberapa teman menangis, sayapun terharu membayangkan perpisahan itu. Walaupun ini bukan berarti putusnya tali silaturahmi, tapi terus terang memang ada rasa sedih terselip di hati saya.

Dari satu orang yang tahu, akhirnya merembet ke satu teman di kota lain, lagi dan lagi. Terhadap beberapa teman saya masih berpura-pura. Biar waktu saja yang menjawabnya. :). Kepada seorang sahabat kami terlibat dialog begini:

dia    : sudah bulat niatmu?
saya  : sudah
dia    : apakah kamu ndak takut kalo kekurangan materi, atau usahamu bangkrut?
saya  : tidak. hari esok tidak untuk aku ketahui. akupun tidak punya target. aku hanya melakukan pekerjaan yang ada di depanku saat ini, yang aku cintai. toh semua pekerjaan yang dilakukan dengan cinta dan keseriusan nanti akan membawa hasil. biar semesta yang mengaturnya
dia    : gila, kamu sudah dalam tahap begitu?
aku   : why not?

dia    : kamu kayaknya sudah berubah dari yang aku kenal dulu. aku masih begini-begini saja. bingung. semrawut pikiranku.aku merasa banyak problem dalam hidupku. kadang aku berpikir, apakah aku begini karena tuhan marah, karena aku berpindah keyakinan?
saya  : tuhan yang mana? tuhan itu baaaaaaaaaiiiiiiiikkkkkkkkkkkk sekali. dia pasti tidak marah. kamu hanya perang melawan pikiran kamu sendiri. semakin kamu berpikir, mencari jalan, semakin semrawut, karena yang kamu hadapi ya kamu sendiri

dia   : terus gimana caranya?
saya : ndak ada cara lain.. cuma sadari saja. kadang keheningan mengurai segala permasalahan dengan sendirinya. 

Dia kelihatannya sangat termakan oleh omongan saya. Ya,.... ndak ada salahnya berbagi pencerahan kepada orang lain. 




2 komentar: