Kamis, 25 April 2013

Agama

Temen saya kemaren bercerita dengan nada yang penuh kebanggaan dan kemenangan. Ini menurut yang saya rasakan, hehehe.

"Mbak, saya terharu dan seneng sekali, anak saya tiga-tiganya ikut saya". Kata "ikut" di sini menerangkan bahwa 3 anaknya mengikuti agama yang dia anut. Kembali dia bercerita, "Saya kan menikah dengan istri yang berbeda agama, mudah-mudahan nanti istri saya juga bisa ikut dengan saya nanti."

Menurut saya, istrinya adalah seorang yang bersahaja dan penyabar. Dia sudah menyerahkan egonya untuk menjadi ibu rumah tangga. Setiap hari dari terbit matahari sampai terbenamnya, hidupnya adalah untuk anak-anak dan suaminya. Apakah itu tidak cukup? Agamanya tetep harus sama ya?. Haruskah?.

Saya hanya menjawab "ooo". hahaha garing banget ya. Dasarnya saya belum bisa mendiamkan pikiran saya yang langsung menilai. "Memang, kalau agamanya sudah sama lantas kenapa?. Rasanya di situ ada esensi menang kalah dalam ukuran berapa banyak pengikutnya dalam keluarga kecil itu.

Saya nggak peduli seseorang agamanya apa. Kalau cinta ya cinta saja. Kalau dia seorang maling ya tetep saja maling. Agama itu bukan masalah ajaran, tetapi masalah perilaku dan penerapannya terhadap sesama dan semesta ini?. Ini.. menurut saya. Pliz deh, jangan mbahas agama dengan saya. Itu ga perlu diomongin, apalagi diatur bahkan oleh seorang presiden sekalipun. Sekian,, terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar