Kamis, 09 Januari 2014

Meditasi berjalan

Kali ini, rasa di mata yang berat sebelah kiri, kepala yang pening sebelah kiri, bahu yang nyeri sebelah kiri, jari-jari kaki yang kram, tidak saya tolak. Rasa gamang, sedih, turut menyertai. Semua saya terima. Rasa yang nano-nano itu menemani tubuh saya yang terpental-pental dalam gerbong kereta khusus wanita ini.

Perjalanan kereta kali ini sedikit lamban, berhenti cukup lama di stasiun Cakung dan Jatinegara. Beberapa umpatan, jerit yang tercekat mungkin karena kakinya terinjak, desah nafas yang menghempas keras karena menahan rasa capek dan juga gumaman orang-orang yang mengeluh mulai terdengar.

Tiba di stasiun Manggarai, kereta feeder menuju stasiun Tanah Abang sudah ada. Penumpang dari kereta kami berebutan ingin segera turun agar dapat duduk di kereta berikutnya. Saling dorong dan riuh rendah omelan para penumpang yang terdorong makin seru. Sayapun terdorong namun harus tetap waspada saat turun, karena tidak ada peron, sedikit melompat dengan hati-hati supaya kaki tidak kram lagi. Niatan saya hanya supaya bisa masuk dalam kereta selanjutnya, bukan untuk mendapatkan tempat duduk.

Selanjutnya berganti kereta di Stasiun Tanah Abang. Kali ini bisa duduk, walau perjalanan dari stasiun ini ke stasiun tujuan saya hanya 5 menit saja. Turun dari kereta, perhatian saya penuh kepada kaki yang menopang tubuh saya. Langkah demi langkah saya sadari penuh. Deru bising kendaraan bermotor yang cukup padat pagi ini, hanya sebagai backsound yang masuk di telinga saya, malah seperti alunan musik yang enak didengar.

Tiba di kantor,  sepenuhnya pasrah kepada semesta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar