Minggu, 11 Maret 2012

Muridku

 Saya mau bercerita tentang murid saya. Anak ini kelas 1 SD, umurnya 6 tahun.
Dia les drum. Dari awal, saya tau bahwa bapaknya lah yang pengen anaknya bisa bermain drum. Sepertinya agak sedikit dipaksa.

Saya sih senang-senang saja kalau ada murid, yang berarti nambah income. Tapi, untuk kasus ini, saya sampai kepikiran. Kasihan sama sang anak. Setiap hari, dia sekolah dari jam 7.00 s.d jam 15.00. Hari Sabtu, dia les pelajaran dan tekwondo. Hari Minggu diwajibkan les musik oleh sang bapak. Umur 6 tahun lho.. sibuk sekali dia. Waktu bermainnya jadi berkurang.

Setiap kali datang, dia selalu harus diiming-imingi terlebih dahulu. Berbekal jajanan se-tas, dan dijanjikan jalan2 ke mall setelah les musik. Kalau saya lihat, anaknya lebih minat di piano atau keyboard. Tapi bapaknya mengharuskan dia untuk belajar drum terlebih dahulu. Di rumahnya pun, sudah tersedia seperangkat alat drum dan juga keyboard.

Kemaren saya berkesempatan ngobrol dengan sang bapak.

Bapak    : saya pengen anak saya itu bisa tampil kemana mana gitu mbak
Saya       : ya, nanti pasti tampil pak. Kalau home concert semua murid wajib tampil. Beda kalau ada event tertentu,saya hanya melibatkan anak-anak yang sudah bisa.Jadi sekarang kita belajar dulu ya.
Bapak    : tapi gimana caranya menumbuhkan minat ya mbak? Setiap mau berangkat, susah sekali diajak.
Saya       : memang tidak bisa dipaksa ya pak. Nanti saya coba download anak kecil yang jago bermain drum supaya dia termotivasi.
Bapak     : iya.. makasih mbak.. sebenarnya dia sudah tidak sekolah slama 10 hari ini.
Saya        : Lho kenapa pak

(heran juga saya, tidak sekolah 10 hari, tp tetep dipaksa suruh les musik :D)

Bapak      : jantung dia "agak" bocor
Saya        : (dgn mata terbelalak).. lho.. terus operasi pak?
Bapak      : engga sih.. belum parah kok.. dokter cuma bilang.. engga boleh capek-capek

hikshikshiks.. menangis saya dalam hati. Apa harus nunggu sampai parah ya? Dan dia juga tau bahwa anaknya tidak boleh terlalu capek.

Anak seumuran dia, kalau di sekolah normal, hanya belajar selama 3-4 jam sehari. Lha ini? Sampai sore.

Saya tau, sang bapak ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sekolahnya mahal, satu kelas hanya berisi 12 orang  murid dengan 3 guru. Tapi ya itu tadi, sampai jam 3 sore setiap harinya. Plus les ini dan itu.

Lalu saya bercerita tentang fingerprint test (mudah-mudahan dengan tidak berkesan menggurui), sebuah test yang melihat bawaan alami sang anak. Saya perlihatkan contoh hasil fingerprint test kedua anak saya. Sepertinya sih agak-agak tertarik dia, karena berkenan mencatat nomor telp untuk test tersebut.

Semoga cukup membantu sang bapak untuk mengarahkan sang anak. Siapa tahu minat sang anak sebenarnya bukan di musik. Dan semoga sang anak boleh memilih, dan bahagia dengan pilihannya kelak.






4 komentar:

  1. duh....semoga si bapak menyadari ketidak pas-annya memaksakan si anak. Semoga kamu bisa menunjukkan jalan yang pas hane

    BalasHapus
    Balasan
    1. cuma sekedar memberikan wacana saja... mudah2an bermanfaat yah... kamsia beib

      Hapus
  2. ya itulah kadang anak dijadikan sebagai kepanjangan tangan harapan/cita2 ortu yang tidak tercapai... kasian deh...

    BalasHapus