Senin, 19 Maret 2012

Nafas lain Ibu Kota (1)


Melewati jalan menuju tempat kerja, ada sebuah gerobak. Gerobak ini tertutup rapat. Sepasang sendal  jepit ada di samping gerobak itu. Beberapa kali, sempat saya melihat, ternyata ada penghuninya. Seorang laki-laki setengah baya. Sendirian.

Tadi pagi, tidak jauh dari gerobak itu, kira kira 5 meter, ada satu gerobak lagi. Kali ini isinya seorang ibu yang sedang mengendong bayi. Di sampingnya seorang bapak sudah sibuk membereskan barang-barang hasil memulungnya.

Jalan 5 meter ke depan, sebelah kanan ada apartemen. Sudah pasti isinya orang-orang yang mampu membelinya, atau menyewanya.

Hem... dua sudut yang berbeda tentu saja. Saya tidak mau berbicara tentang orang-orang berduit. Karena  ada kesempatan, pendidikan dan kemampuannya, sehingga memungkinkan mereka untuk menambang uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Termasuk beruntungkah mereka? Tentu saja.

Kita lihat anak dalam gendongan ibu dalam gerobak kedua. Kebutuhan primer seperti makan, pasti hanya ala kadarnya. Kebutuhan akan papan, sudah terlihat jelas, hidupnya hanya dalam sekotak gerobak.Kebutuhan akan sandang? Mungkinkah mereka jalan ke mall untuk membeli pakaian?. Bahkan membeli baju baru di pasarpun belum tentu dia lakukan,

Bagaimana dengan urusan pendidikan sebagai bekalnya untuk hidup mandiri kelak? Akankah dia akan mengenyam pendidikan yang layak. Sampai dimana?. Jika tidak tercapai, kelak dia dewasa, juga akan menurunkan manusia-manusia yang kurang lebih sama sepertinya. Dan seterusnya. Putarannya hanya begitu-begitu saja. Orang miskin yang tiba-tiba kaya hanya ada dalam sinetron yang membuai penontonnya untuk mengkhayal sedemikian rupa. Lupa, bahwa semuanya tidak ada yang instan.

Lalu, apa yang kita (sebagai mahkluk hidup) bisa lakukan  untuk mereka? Saya juga baru dalam taraf berpikir, apa yang harus saya perbuat? Saya tak tahu harus berbuat apa dan mulai dari mana... :(

Terlintas dalam ingatan saya, pelajaran saat SD dulu, Pasal 34 ayat 1 UUD 45, "fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara". Ayat 2 nya, "negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat-ayat tersebut menentramkan hati. Semoga saja demikian adanya.


2 komentar:

  1. tjapoenk.blogspot.com20 Maret 2012 pukul 07.07

    waaahhh. miris hane. bagus banget judulnya sisi lain ibukota. semoga msh banyak orang yang tergerak untuk menyejaherakan mereka ya

    BalasHapus
  2. semoga yah... wah... kamu sudah kembali..... hehehee

    BalasHapus