Minggu, 22 Januari 2012

Celotehan anak lelakiku

Waktu itu hari Minggu pagi, di komplek tempat saya tinggal, sudah ramai dengan suara anak-anak. Kebetulan depan rumah saya adalah lapangan. Anak sulung saya, Aaron, 8 th sudah kepengen bergabung dengan teman-temannya. Namun, karena hari Minggu pagi itu kami akan ke gereja, maka timbullah percakapan seperti ini:

Aaron: Mama, aku jd muslim saja deh
Mama: Ya sudah, jadi mulai besok, kaka bangun jam 4 pagi. Sholat subuh ya. Jadi orang Islam itu harus berdoa sehari lima kali.
Aaron: Emang gitu?
Mama: Lho, lihat saja mbak Fitri (staff rumah tangga kami)
Berarti besok lesnya tambah, selain les drum dan les pelajaran, ada les baca Alquran, karena mama engga bisa ngajari kaka.

Habis itu dia kelihatannya mikir.

Jika dia dewasa kelak, terserah dia mau menganut agama apa. Itu wilayah yang paling pribadi, bahkan saya sebagai orangtuanyapun tidak berhak untuk mengatur dan menentukan.

Yang terpenting adalah, apakah yang dia perbuat berguna untuk sesama?Apakah tindakannya mencelakakan orang lain? Apakah yang diucapkan menyakiti orang lain?

Kalau cara seseorang berelasi kepada alam dan sesamanya baik, tidak harus melihat dia bergama apa bukan? Begitu juga jika orang tersebut melakukan perbuatan yang merugikan sesama. Baik ya baik saja. Jahat ya jahat saja. Jadi, marilah melihat manusia sebagai manusia, tanpa embel-embel agama apa.

Tidak ada satu agamapun yang paling benar diantara lainnya. Jika masing-masing penganutnya masih menganggap punyanya adalah kebenaran yang paling benar, kapan kedamaian itu hadir?



Bekasi, 23 Januari 2012






2 komentar:

  1. wowwwww...haneee bijak betul. semoga semua makhluk berbahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabbe satta bhavantu sukhitata... may all being be happy...

      Hapus