Senin, 30 Januari 2012

Cerita



Saya mau cerita tentang seorang teman. Teman saya ini boleh dibilang sudah mapan. Sangat mapan malah. Dia punya posisi di kantor, dia punya rumah, dia punya mobil, dia punya simpanan segudang, tampang juga tidak jelek. Kemaren saya ngakak, karena dia "curhat", kenapa pacaran tidak pernah berhasil. Selalu kandas di tengah jalan. Entah karena beda suku, beda kesenjangan sosial, tapi seringnya karena beda agama (saya bosan dengan alasan spt ini).

Saya juga tidak tau kenapa secara reflek saya ngakak. Mungkin karena saya sudah bosan, seringkali saya diceritain tentang cewek barunya, dan saya tau pasti tidak "jadi" lagi. Maka begitu dia cerita, saya malah ngakak. Karena dari dulu ya begituuuuu saja, Empati saya luntur karena sudah sangat terbiasa dengan cerita itu..

Mungkin, di dunia ini, ada yang ditakdirkan untuk hidup sendiri. Tidak ada salahnya bukan hidup sendiri? Dia malah punya waktu banyak untuk dirinya sendiri, lebih-lebih bisa berkarya untuk sesamanya dengan total.

Ada yang ditakdirkan menikah, tapi tidak diberi keturunan? Untuk apa coba? Mungkin dia harus mengadopsi seorang anak yang terlantar, sehingga satu nyawa terselamatkan. Sehingga anak itu boleh merasakan kehidupan sewajarnya, bisa dibesarkan dalam kehangatan sebuah keluarga. Kalau yang seperti ini ada 10? Berarti 10 nyawa terselamatkan.

Masing-masing kita punya peran masing-masing dalam kehidupan ini. Apapun yang terjadi , apakah harus mengutuk-i nasib? Apakah harus selalu memikirkan mengapa kehidupan tidak berjalan serperti yang kita mau?


2 komentar:

  1. suka banget sama tulisan ini. ahhhh sealiran...memang seperti itulah adanya. luv u dear

    BalasHapus