Minggu, 22 Januari 2012

Menyepi


Saya suka suasana pegunungan nan hijau. Di tempat seperti ini biasanya hawanya sangat dingin. Sebenarnya bertetangan dengan penyakit sinus yang saya miliki.hehehe Tapi tetap saja saya ingin berada di tempat seperti itu. Sepi, jauh dari keramaian dan rutinitas. Yang ada hanya suasana hening dan suara-suara alam yang menemani. Rasanya menyatu dengan semesta ini.


Akhir minggu ini, saya dan teman-teman, bersama dalam keheningan itu. Mudah-mudahan sinus saya tidak menjadi. Sahabat saya mengatakan bahwa saya aneh. Hobby kok "menyepi". Dia hobby jalan-jalan dan dia senang sekali berada di keramaian.Sementara saya, kalau bisa,  malah menciptakan "sepi" di tengah keramaian. Kami bersahabat, walau hobby kami berbeda.

Kalau semua sama, kalau semua sepaham, isi dunia ini tidak seru. Perbedaan itu perlu. Yang dibutuhkan hanya menyadari perbedaan itu.

Bagi saya, menyepi adalah untuk keseimbangan hidup. Ada saatnya saya bersosialisasi dengan lingkungan, teman kantor, tetangga, dll. Tapi ada saatnya juga saya hanya bersama dengan batin saya sendiri. Meskipun saya ke tempat itu bersama dengan teman-teman, tapi kita tidak saling berbicara satu sama lain. Minimal retret semacam ini diadakan selama 2 malam, 3 hari. Lepas dari hp, bb, dan kontak dengan luar.

Bagi yang belum pernah  mengikuti retret meditasi semacam ini, tentu akan sangat heran. Ngapain 3 hari tidak berbicara? Ini termasuk retret paling singkat. Ada yang 5 hari dan 10 hari. Ah, saya pengen ikut yang 10 hari di Vihara Mendut. (kalau bisa cuti :D). Di sana, kami tidak membicarakan satu ajaran agama tertentu. Pesertanya datang dari berbagai penganut agama - islam, kristen, katolik, buddha.emmm.. menyenangkan bukan?

Yuk, dicoba saja.


Bekasi, 22 Januari 2012




2 komentar:

  1. Woowww tulisannya mkin bagus. Man enak dibaca. Yuh kan cuma soal kebiasaan aja kan. Ayo menulis setiapa hari. Eh malah akau yang mog

    BalasHapus