Rabu, 08 Februari 2012

Profesi dan Gorengan

Sepanjang perjalanan menuju kantor, mata saya mengamati beragam jenis pekerjaan yang dijalani umat manusia untuk kelangsungan hidupnya. Saya mulai dari stasiun bekasi, saya bertemu pedagang asongan yang menjual rokok, permen dan tissue, pedagang koran, pedagang pulsa keliling-ini dilakukan seorang ibu, pedagang roti, susu kedelai, pedagang gorengan dan makanan kecil, pengamen dan pengemis.

Sesampai di stasiun palmerah, ketemu lagi pedang sayuran, pemulung yang tidur di gerobaknya, tukang ojek, dan tukang galian. (Mau diapakan lagi ya jalanan ini, selalu saja bongkar pasang. hehehe).

Andai saya menjadi salah satu dari mereka, melihat orang-orang kantoran yang rapi berangkat kerja, saya pasti berkhayal seandainya saya menjadi pegawai kantoran yang mendapatkan gaji rutin bulanan dan bonus hasil kerja. Saat melihat ke bawah, rasa syukur kita panjatkan. Enak kan jadi pegawai? Kerjakan saja apa yang seharusnya dikerjakan, dan penghasilan pasti didapat. Tidak kurang. Tidak enak badan, boleh cuti. Paling cuma dipotong uang transport hitungan sehari.Ada urusan, boleh ijin masuknya agak siang.

Beda dengan orang-orang yang saya sebutkan di atas, kalau dia tidak bergerak dan bekerja, ya tidak ada penghasilan.

Oya, para pedagang di stasiun Bekasi tadi, rata-rata sudah ada langganannya. Saya sering mengamati ibu penjual gorengan, dan lontong isi. Gorengan seperti bakwan dan tempe, dimakan dengan menggunakan sambel kacang. Baunya memang enak sih. Saya sudah lupa, berapa tahun yang lalu saya terakhir mengkonsumsi makanan jenis ini. Tidak tega saya memakannya, karena terlalu banyak vitamin D alias Debu. dan selalu meninggalkan rasa pahit di tenggorokan hehehe Sekarang saya tidak pernah makan gorengan lagi, kecuali hasil menggoreng sendiri, atau sesekali dari kantin  yang saya rasa minyaknya agak2 aman..

Sebagian orang, gorengan dan lontong isi ini adalah bentuk sarapan pagi. Memang sih, dengan makan 3 bakwan, perut pasti sangat kenyang. Kalorinya brapa coba? hehee. Orang Indonesia, dibilang golongan miskin, tapi kok tetep berbadan subur? Ya, barangkali karena mengkonsumsi gorengan ini dan mi instan (mungkin) :D

6 komentar:

  1. tjapoenk.blogspot.com9 Februari 2012 pukul 03.21

    bagaiimana pun perjalanan sedekat apapun pasti menyenangkan jika kita menyadarinya hane. Sipppp

    BalasHapus
  2. apalagi yg kerja-nya (perbaikan jalan, narik2 kabel) malam mb, salut buat mereka.. btw ketinggalan tulisan-e temen-nya kk sepupu, sampe bingung moco-ne heheh

    BalasHapus
  3. Tjapoenk, kesadaran ini yang seringkali lepas je.. hiks hiks

    BalasHapus
  4. Anonim dede sepupu temenku, kau busi kaleee... hahahhaa...

    BalasHapus
  5. wah gorengan kui bahayaaaaa makanya banyak di sini penyakitnya kolesterol tinggi, darah tinggi, makannya jeroan sama gorengan hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi Ayu, dan sekarang penyakit kanker banyak bermunculan, jaman dulu cuma dua tiga orang.Makanan berpengawet dan minyak macam gorengan gini nih jahat.. hehehe. Mari budayakan hidup sehat.. halahhhh.. :)

      Hapus