Minggu, 19 Februari 2012

"Mencari" Kebenaran Hakiki dalam Titik Hening

Aula utk meditasi bersama
17-19 februari, bertempat di desa Sindanglaya-Cipanas-Bogor, kami, yg beragama islam, katolik, kristen, budha, sebanyak 17 orang, berkumpul jadi satu dalam sebuah retret meditasi yang kita sebut Meditasi Mengenal Diri atau MMD. Walaupun latar belakang kami berbeda, tetapi ada satu kesamaan yakni semua menyadari bahwa kami mempunyai batin yang bermasalah. Penuh dengan konflik, kecemasan, dll.



Walking meditation
Latar belakang agama berbeda yg dapat diibaratkan sebagai telunjuk yg berbeda, namun semuanya mengarah atau menunjuk kepada satu hal yang sama, yakni kebenaran hakiki.
Saya mendambakan kedamaian dari perbedaan telunjuk ini, bisakah kita tidak memperdebatkannya? Bisakah kita sama2 mellihat kepada satu tujuan yang sama yakni kebenaran itu sendiri.

Dalam agama islam, ada sebuah hadis  mengatakan ,(tp saya tdk tau bagaimana pengucapan dan penulisannya), tapi artinya begini: jika kamu memahami siapa diri ini, maka allah ada di situ. 
Dlm agama katolik ada sebuah mazmur yang mengatakan : diamlah, maka allah ada di situ.
Lho... sama kan?

Ada satu pembahasan yang menarik, yakni akar dr semua konflik dan akar dr segala kecemasan di bumi ini, yaitu pikiran.
Pikiran adalah reaksi batin karena adanya suatu respon.

Bangsal utk cewek
Sifat pikiran adalah sbg:
1. menggunakan bahasa
Pikiran selalu menggunakan bahasa, sesuai yg kita pelajari dari kecil. Contohnya orang Indonesia melihat bunga mawar mengatakan itu "mawar", namun orang Inggris mengatakan itu "rose". Ini hasil dari buah pikiran.

2. terkondisi dan terbatas
Terkondisi, krn pikiran selalu berdasarkan oleh pengalaman yang kita alami pada masa lampau, dan pengalaman ini terbatas. Tidak ada seorang manusiapun yg mengetahui segala galanya

3.menciptakan dualisme scr psikologis
Contohnya, untuk menggambarkan kata cantik-jelek. Si A bs mengatakan itu cantik, belum tentu B mengatakan itu cantik. Baik-buruk. Islam mengatakan babi haram, katolik mengatakan huenakkk. 

4. menimbulkan rasa ke-akuan/ego
Karena ada pikiran, maka ada "aku". Aku ini penting utk survive. Untuk dapat hidup mandiri. Kita bayangkan, seorang dengan keterbelakangan mental, tdk sadar atas "aku"nya, sehingga dia bergantung pada orang lain. Akan tetapi, karena adanya "aku" maka orang lain dan apa yang ada di sekitar ini menjadi obyek. Kadangkala karena ada "aku" obyek2 ini berfungsi utk memenuhi kepentingan si "aku".

5. menimbulkan pemahaman ttg waktu
Tempat favorit meditasi sendiri
Waktu adalah gerakan. Pikiran kita terus bergerak, sehingga kita punya pemahaman akan waktu. Ada masa lampau, ada masa yg akan datang.

Dalam meditasi ini, waktu bisa berhenti kalau pikiran berhenti bergerak.


Pikiran, rasa "aku", dan pemahaman tentang waktu, penting untuk survive dalam hidup ini. 

Namun pikiran dan rasa "aku" bisa mjd sumber konflik apabila terjadi perbedaan pikiran dr masing2 individu, krn adanya perbedaan kepentingan2.

Pemahaman akan waktu, seperti masa lampau  juga penting, sebab orang yg tdk ingat masa lampaunya akan mjd bingung dan tdk tau hrs berbuat apa.


Bisakah pikiran ini berhenti dan digunakan hanya pada  saat kita perlu untuk menggunakannya?

(mudah-mudahan tidak melenceng jauh dari apa yang dikatakan oleh Pak Hudoyo Hupudio, pembimbing retret kami)

Aliran sungai yang menemani meditasi

4 komentar:

  1. tjapoenk.blogspot.com22 Februari 2012 pukul 00.38

    lho aku tuh udah komen kok skrng ndak ada. Hoaaaaa

    BalasHapus
  2. tempat-e apiek, waa kapan2 melu ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk...tapi memang tempat untuk menyepi semuanya bagus dan tenang ya...

      Hapus
  3. Tjapoenk, iyaa aku tau ada message, tp kok ndak muncul.. aneh ya..

    BalasHapus